“ Saya kan sudah katakan, Kepala Dinas Pendidikan Meranti itu lebih baik dicopot. Masa jumlah guru honor dan berapa honor yang dibayarkan saja dia bisa tidak tahu. Artinya itu menunjukkan ketidakpeduliannya terhadap para guru honor. Atau jangan-jangan dia tidak bekerja,”
Hafizan Abbas
Anggota DPRD Meranti
MERANTI (riaupeople) – Program peningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang digadang-gadangkan pemerintah ternyata tidak berbanding lurus dengan perhatian terhadap nasib kalangan guru, terutama guru honor yang mengabdikan diri di sekolah-sekolah. Setidaknya ini terlihat di Kabupaten Kepulauan Meranti. Pasukan “Oemar Bakrie” tersebut baru mendapatkan honor setelah 3 bulan mengabdikan diri. Itupun dengan nilai yang jauh dari tingkat kebutuhan.
Kebijakan membayarkan honor pertiga bulan itu bertentangan dengan petunjuk BPKP Riau yang sebelumnya telah menganjurkan agar honor dibayarkan setiap bulan. Hanya saja Kadisdik Meranti berdalih kesulitan mempersiapkan SPj sebagai pertanggungjawaban penggunaan anggran. Lebih ironisnya lagi, saat ditemui baru-baru ini, Kadisdik juga mengaku tidak tahu nilai honor masing-masing guru itu. ” Kalo masalah gaji honor, berapa jumlah yang mereka dapat perbulan saya tidak tahu pasti. Itukan wewenang bendaharawan dinas yang melakukan pembayaran. Begitu juga berapa jumlah guru honor yang ada di meranti, kita masih memperbaiki datanya,” ujar Kadisdik Meranti, Bahtiar, Selasa (25/10) lalu.
Menyikapi hal ini, Sekretaris komisi III DPRD Kabupaten Kepulauan Meranti, Hafizan Abbas saat ditemui siang tadi kembali menegaskan bahwa kepedulian Kadisdik Meranti terhadap guru honor sangat rendah sekali. “ Saya kan sudah katakan, Kepala Dinas Pendidikan Meranti itu lebih baik dicopot. Masa jumlah guru honor dan berapa honor yang dibayarkan saja dia bisa tidak tahu. Artinya itu menunjukkan ketidakpeduliannya terhadap para guru honor. Atau jangan-jangan dia tidak bekerja,” tegas Hafizan Abbas
Ditegaskan Hafizan Abbas, melihat kondisi yang ada, pihaknya jadi pesimis peningkatan SDM bisa berjalan sebagaimana yang diharapkan kepala daerah. Malah dikhawatirkan bisa merusak citra Bupati Meranti di mata masyarakat. “ Kalau seperti ini, kapan pendidikan di Meranti ini bisa maju. Dengan kondisi yang ada, guru yang diharapkan bisa memberikan pengabdian secara maksimal terpecah konsentrasinya. Mereka harus menyambi kerja di luar untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Tolonglah Pemda Meranti mencarikan solusinya, apalagi di Meranti ini banyak orang pandai yang lebih mampu untuk memajukan dunia pendidikan,” papar Hafizan Abbas.
Pada sisi lain, salah seorang guru honor, WS saat berbincang-bincang di pelabuhan Selatpanjang mengaku pendapatannya lebih kecil disbanding pendayung becak. “ Kalau di andingkan dengan pendapatan tukang kayuh becak, penghasilan kami jauh sekali. Honor kami perbulannya hanya 700 ribu rupiah dan itupun bisa diambil tiga bulan sekali. Kalau dibagi 30 hari, berarti lebih kurang 20 ribu sehari. Sementara tukang ngayuh becak bisa mendapatkan 30-50 ribu perhari,” jelas Ws yang sudah 4 tahun mengabdikan diri sebagai guru honor di salah satu Sekolah Dasar Negeri di Selatpanjang.
Dengan minimnya penghasilan guru honor itu, dikatakan Ws sebagian besar mereka terpaksa mencari objekan lain diluar jam belajar. Baik menjadi tukang becak, nelayan pencari ikan, tukang tebang teki dan lainnya.” Yang penting halal bang,” ujarnya. (nto)