PEKANBARU – Lama tak terdengar, wacana pembangunan jembatan Dumai-Malaka kini kembali mengemuka. Kini, Pemprov Riau kembali akan membahas kelanjutan rencana pembangunan jembatan antara negara yang mempertemukan Dumai- Pulau Rupat- Selat Malaka tersebut. Rencananya perwakilan Pemprov yang diwakili Dishub akan melakukan pertemuan dengan pejabat di Malaka, Malaysia pada1-3 Oktober mendatang. ” Akan kita tanya lagi apakah masih memiliki komitmen dalam rencana pembangunan itu. Kita juga akan menghidupkan kembali sosial ekonomi Malaysia-Indonesia,” kata kepala Dinas Perhubungan Provinsi Riau, Adizar, Selasa (30/9/2014).
Rencana pembangunan jembatan yang menghubungkan Provinsi Riau dan Malaysia ini sudah mengemuka sejak beberapa tahun lalu. Bahkan, saat Gubernur Riau dijabat oleh Rusli Zainal, wacana ini sudah dikoar-koarkan. Namun, entah apa masalahnya, hingga saat ini sebatang besi pun belum dipacang untuk pembangunan jembatan panjang itu. ” Sebenarnya yang paling ngotot itu Malaysia, makanya kita tanyakan lagi apakah mereka masih komitmen,” jelas Adizar.
Jika ternyata lanjut, dikatakannya Riau hanya akan menunggu komitmen dari Malaysia, yang sampai saat ini belum juga merealisasikan pembangunan Roro yang semula direncanakan dibangun di Kuala Linggi kemudian diubah ke Tanjung Beruas. Sementara Riau sendiri sudah membangun Roro di Dumai.
Ditengah penantian yang tak jelas ujungnya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Chairul Tanjung justru mengungkapkan bahwa saat ini yang terpenting dalam pembangunan infrastruktur adalah masalah konektivitas dalam negeri.
Apalagi lanjut pria yang akrab CT ini menyebut, konektivitas itu sangat penting di dalam era globalisasi sekarang ini. Dirinya mengatakan, Asia dipercaya ekonominya akan menjadi pusat ekonomi dunia. ” Ekonomi di Asia Timur itu akan dipimpin China. Lalu di ASEAN itu ada kesepakatan MEA 2015. Kalau tidak ada konektivitas dalam negeri, bagaimana bisa konektivitas dengan negara lain,” ucap CT di Fakultas Teknik Universitas Indonesia Salemba, Jakarta Pusat, Selasa (9/9/2014 lalu.
CT menambahkan, makanya Malaysia meminta izin untuk membangun jembatan dari Dumai ke Malaka hingga zaman dulu sampai sekarang belum disepakati karena konektivitas dalam negeri belum terbangun. ” Mereka tanya kapan, kita jawab tunggu dulu. Kalau Jawa-Sumatera sudah tersambung. Kita enggak mau duluan Malaysia tersambung dengan Sumatera bukan karena Sumatera akan jadi milik Malaysia tapi potensi ekonominya bisa diambil,” tegas CT.
Lanjut CT menambahkan, konektivitas bisa dalam bentuk fisik dan non fisik, tetapi dalam konektivitas yang terpenting adalah bagian konektivitas. ” Seperti pembangunan jaringan pita lebar atau broadband. Untuk itu kita akan lakukan sidang kabinet. Rancangan pita lebar ini penting untuk masa sekarang. Kalau masalah infrastruktur tidak didukung dengan jaringan ini kita enggak akan siap, kita akan tertinggal terus,” papar CT.(*)