Dumai terus menata diri menuju kota industri. Pembenahan dilakukan, terutama menyangkut insfrastruktur jalan. Guna mewujudkan Pengantin Berseri, yang diantaranya menyangkut perdagangan dan industri, tentunya butuh dukungan segala lini. Tidak hanya pemerintah, namun juga masyarakat kelas bawah.
MEWUJUDKAN cita-cita besar itu, tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh analisa serta kajian, termasuk pengertian dan pengorbanan. Apalagi, hingga kini masih kerap terjadi benturan antara kepentingan publik dan investasi. Salah satunya menyangkut kondisi jalan.
Lalu lalangnya banyak truk bertonase berat mengakibatkan hancurnya sejumlah ruas jalan di Kota Dumai. Pemicunya, karena kelas jalan tidak sesuai dengan berat angkutan yang melintasinya. Kondisi itu mengakibatkan masyarakat tidak lagi memperoleh fasilitas jalan yang layak. Sementara pada sisi lain, armada yang rata-rata bekerja untuk kepentingan investasi juga tidak memiliki jalur alternative lain. Untuk bisa sampai ke tujuan, mereka terpaksa mengabaikan kelas jalan. Atau terpaksa berbiaya lebih tinggi akibat jauhnya jarak tempuh.
Diantara ruas jalan yang mengalami kerusakan adalah Jalan Perwira, Tegalega dan Ombak. Jalur ini kerap dilalui armada angkutan berat. Mereka tidak memiliki jalur alternative lainnya untuk menuju Kawasan Industri Sungai Sembilan. “ Konsekwensi yang harus dihadapi memang seperti itu. Pasalnya tidak ada jalur alternative. Kalau mesti melewati Simpang Batang, tentu biayanya makin lebih tinggi,” ujar Ketua Organda Bidang Kepelabuhan, H Jailani kepada Riau Pesisir, Rabu (26/12/12) kemarin.
Menurut H Jailani, sebenarnya ada solusi yang tepat untuk mengatasi persoalan akses transportasi. Hanya saja dibutuhkan ketegasan pihak pemerintah, dan dukungan masyarakat. Solusi itu yakni dengan merealisasikan jembatan yang dibangun oleh PT Pelindo dan memfungsikan jalan lingkar TPI Sungai Dumai menuju kawasan industri. Jika hal itu bisa dilakukan, maka antara kepentingan publik dan investasi bisa teratasi.” Kalau ini terealisasi, ruas jalan di pusat perkotaan bisa terselamatkan. Karena truck bermuatan berat tidak lagi lewat. Truck-truck itu akan menyusuri jalan lingkar yang berada di pinggir pantai. Untuk biaya angkutan, ini jauh lebih murah,” ungkap H Jailani.
Mengenai kekhawatiran bakal terganggunya aktifitas di pelabuhan rakyat karena kapal tidak bisa masuk akibat keberadaan jembatan, menurut H Jailani persoalan itulah yang dituntut kearifan dari banyak pihak. Terutama dari kalangan pemilik pelabuhan rakyat yang beroperasi di seputaran Sungai Dumai. “ Ini butuh kearifan semua pihak, apalagi ini menyangkut kepentingan daerah. Lagipula nantinya mungkin bisa dicarikan solusi, yakni dengan memindahkan pelabuhan rakyat dari sungai ke pantai. Salah satunya dengan memanfaatkan lahan PT Pelindo,” papar H Jailani.
Lebih jauh dikatakan H Jailani, untuk mendudukkan hal ini, pemerintah diharapkan bisa memfasilitasi. Cita-cita besar menjadikan Dumai sebagai kota industri tentunya tidak terlepas dari kesiapan dan sarana pendukung untuk dunia investasi. Salah satunya akses jalan untuk jalur transportasi. “ Kalau ini bisa diwujudkan, maka tidak akan ada kepentingan yang terganggu. Baik publik maupun kepentingan investasi. Semua bisa jalan beriringan dan cita-cita itu tidak lagi hanya sebatas impian,” sebut H Jailani.(fai)