BATAM (riaupeople) – Badan Pengendalian Dampak Lingkungan memeriksa puluhan ton benda cair yang diduga kuat bahan berbahaya dan beracun (B3) di gudang milik Kelompok Sinar Mas, Jl Kuda Laut, Batuampar, Batam. Petugas mencurigai limbah itu diangkut dari Singapura untuk dibuang di salah satu tempat di Pulau Batam. “ Kami masih melakukan dua langkah, yang pertama penanggulangan cairan yang tercecer dan mengumpulkan cairan ke dalam wadah tertutup, yang kedua melakukan pengamanan terhadap kawasan yang telah tercemar,’’ kata Kepala Bidang Pelestarian Lingkungan Bapedal Kota Batam Rozali, kepada Batam Pesisir akhir pekan lalu.
Cairan yang tercecer itu, kata Rozali, dikhawatirkan akan menimbulkan dampak negatif terhadap kawasan pelabuhan karena beberapa ton di antara limbah itu telah merembes ke tanah di lingkungan pelabuhan. ‘’Ini merupakan ke-alpaan pemilik dan pihak pengangkut, karena itu kami akan meminta pertanggungjawaban mereka, yang penting sekarang kami melakukan tahap clean a (pembersihan),’’ ujar Rozali.
Laporan adanya pencemaran lingkungan di kawasan pelabuhan, kata Rozali, baru diterima Bapedal Kota Batam kemarin (21/9). ‘’Dalam penelitian sementara yang kami lakukan, limbah ini merupakan hasil pengolahan industri di suatu tempat, lalu hendak dibawa ke Batam. Lantas, di tengah laut terjadi benturan antar peti kemas sehingga media penampung bocor dan mengotori laut hingga ke daratan,’’ papar Rozali.
Limbah yang diduga kuat bahan berbahaya dan bercun itu, menurut laporan dari pemilik gudang Kelompok Sinar Mas, merupakan milik PT Musim Mas Batam, di wilayah Kabil, Batam. Perusahaan itu diduga sering memasok bahan-bahan mengandung limbah tanpa melaporkan kegiatannya kepada Bapedal Kota Batam. ‘’Sampai sekarang mereka (PT Musim Mas Batam) belum melaporkan adanya cairan limbah ini,’’ kata Rozali.
Pihak Bapedal Batam akan membutuhkan waktu sedikitnya 2 pekan untuk melakukan penelitian terhadap cairan limbah yang mengotori pelabuhan dan kawasan pergudangan di sekitar pelabuhan Batuampar. Perusahaan Kelompok Sinar Mas Batuampar memiliki sekitar 2 hektar lahan yang dijadikan gudang peti kemas. Sedikitnya 80-an peti kemas terlihat disimpan di kawasan pergudangan itu. ‘’Setiap hari puluhan peti kemas yang masuk dari luar negeri, tetapi saya tidak tahu apa isinya,’’ ujar Simanjuntak, seorang tenaga satuan pengamanan (satpam) di pergudangan itu.
Sebelumnya, Syahbandar Batuampar John Kennedy, mengatakan pihaknya tidak mengetahui kehadiran peti kemas berisi limbah di kawasan pelabuhan itu. ‘’Itu (masalah masuknya limbah ke kawasan pelabuhan) bukan urusan saya, banyak peti kemas keluar masuk pelabuhan setiap hari, semua itu dikelola oleh pengelola pelabuhan melalui Badan Pengusahaan Batam,’’ kata John Kennedy.
Hingga kini cairan limbah yang menggenangi ruas jalan Pelabuhan Batuampar, Batam masih terlihat menggenangi sebagian jalan dan selokan di kawasan pelabuhan.Setelah cairan yang diduga limbah B3 itu dipindahkan ke pergudangan Sinar Mas, masih terlihat genangan hitam cairan limbah di ruas-ruas jalan pelabuhan. Diperkirakan tidak kurang dari 60 ton cairan limbah yang ditampung dalam peti kemas berukuran 20 kaki itu.
Cairan berbau menyengat menyeruak di sekitar pelabuhan peti kemas Batuampar hingga radius 500 meter. Limbah itu berbentuk minyak warna hitam dan meresap ke saluran air sepanjang 200 meter. Selain meresap ke saluran air di pelabuhan, ternyata saluran pembuangan air di kawasan pergudangan Sinar Mas juga dipenuhi cairan yang diduga limbah B3. “ Limbah yang menggenangi kawasan ini berasal dari puluhan peti kemas yang diparkir di dalam pergudangan milik Sinar Mas. Sebagian ditampung dalam drum, tetapi masih banyak cairan yang dibiarkan mengalir ke saluran air, baunya sangat menyengat,’’ ujar Rudi, seorang pekeja di kawasan industri sekitar pelabuhan.
Merebaknya cairan berbahaya dari peti kemas ukuran 20 kaki (feets) itu, menurut Rudi, telah terjadi sejak dua pekan terakhir, namun pengelola pelabuhan tidak memberi tanggapan ketika dilaporkan oleh para pekerja di lingkungan itu. ‘’Baunya sangat tajam, setiap kali saya melintas dari kontainer itu nafas saya sesak dan sering pusing serta sakit perut,’’ ujar Rudi.
Meski telah dilaporkan oleh para pekerja di Pelabuhan Batuampar, namun pengelola tidak melakukan pencegahan penyebaran cairan itu. ‘’Untung saja pihak pers datang sehingga pengelola pelabuhan datang dan mulai sibuk memeriksa siapa yang memasukkan kontainer, kalau tidak, akan dibiarkan begitu saja. Sudah sering masuk kontainer berisi limbah di sini, kemudian dibawa lory (truk) ke luar untuk dibuang ke tempat lain di Batam,’’ papar seorang pelanggan peti kemas di MacGobar.(son/fai)