PUISI Do’a yang ditulis H Syamsurizal pada 30 Juli 2006 lalu dan dibacakannya di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta sangat menyentuh dan teramat relegius. Bait-bait puisi itu menenggelamkan pembacanya dalam lautan dzikir tak bertepi. Dalam ketulusan puisinya, tersirat impiannya yang sangat sederhana.
Syamsurizal mengimpikan tanah Melayu menjadi negeri yang disayang sebagaimana sayang Allah SWT terhadap negeri Nabi Muhammad SAW. Syamsurizal tidak hanya sedang bermimpi atau berdo’a, tapi juga berusaha dan bekerja. Harapannya, negeri ini bisa menjadi negeri yang baldhatun, toyyibatun warabbun ghafur.
Dari gagasan dan kertas kerjanya, Syamsurizal dalam bukunya “ Bengkalis-Riau in Strategic Asia “ memimpikan membangun Riau menjadi negeri yang siap bersaing dalam era global. Menjadi negeri yang berorientasi bukan hanya dalam wilayah Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle (IMT-GT) dan Indonesia Malaysia Singapore Growth Triangle (IMST-GT) semata. Namun memposisikan Riau menjadi pusat perdagangan Asia Tenggara bahkan Asia.
Syamsurizal mengabadikan impiannya dan ilmunya untuk Riau. Syam telah menggantungkan impiannya setinggi langit, dan akan terus berjuang untuk menggapainya. Syam bertekad “ Sekali, tapi berarti ! “.
Syamsurizal adalah suri tauladan yang menaburkan benih kerja keras dan tekun belajar. Kalau pada satu hari kemudian dia menuai keberhasilan, memetik kecintaan dari banyak orang dan ada ilmu serta kekuasaan di tangannya, semua itu adalah buah keberhasilan dari jerih-payahnya serta do’a-do’a yang senantiasa dipanjatkannya.(isa)