Berita Riau, Sejumlah warga pemilik kebun sagu di Dusun Mentawan, Desa Bungur, Kecamatan Rangsang mulai resah. Kebun rumbia (sagu) yang sudah turun temurun dipelihara, kini habis dibabat oleh PT Sumatera Riang Lestari (SRL) yang beroperasi di daerah tersebut sebagai perusahaan HTI sagu. Meski baru pada tahap penggalian kanal, setidaknya sudah hampir belasan hektar pohon sagu milik warga sekitar habis ditebas. Kondisi itu jelas membuat warga kecewa dan meminta kepada Pemkab Kepulauan Meranti agar dapat mencegah keberutalan tersebut sebelum persoalan itu semakin melebar.
“Kita berharap permasalahan ini diluruskan sesuai kesepakatan sebelumnya dengan masyarakat. Jangan malah memperlebar masalah seperti yang terjadi di Pulau Padang. Sejengkal pun tanah dan kebun sagu itu tidak saya jual, karena itulah sumber kehidupan kami turun temurun. Kalau mau, sudah dari dulu saya jual sama toke-toke di sana,” kata M Ali Samad sambil menunjukkan sejumlah fotocopy dokumen kepemilikan tanah dan kebun miliknya kepada sejumlah wartawan di Selatpanjang, Rabu (29/2) seperti yang diberitakan halloria.com. Sebelum persoalan itu dibeberkan kepada awak media, kata M Ali, sebenarnya dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi dirinya bersama sejumlah warga sudah beberapa kali menghubungi Epi yang dipercaya sebagai Humas perusahaan yang bertugas di lapangan. Bahkan ia juga sempat mengajak yang bersangkutan untuk bersama-sama meninjau ke lapangan untuk memastikan letak lahannya itu. Selain memperjelas letak lahan, upaya tersebut guna menghindari semakin banyaknya kerugian akibat pembabatan pohon sagu yang berawal dari penggalian kanal.
Agar pihak perusahaan tidak merasa terbebani, bahkan M Ali pun siap menyediakan transportasi laut agar mereka bisa sampai ke lokasi. Namun, niat baik itu tidak pernah mendapat respon dari pihak perusahaan. Setiap hari, satu per satu pohon rumbia miliknya dan sejumlah warga terus dibabat selama proses pembuatan kanal berlangsung. “Ini sudah berlangsung sejak dua bulan lalu. Sudah berapa banyak pohon sagu warga yang mereka tebas. Bukan saya saja, di situ juga ada kebun milik Mahadi, Sahdan, Muji dan lainnya. Jika mereka mau ninjau ke lokasi dan tidak punya speedboat saya sanggup menyediakannya, begitulah upaya kita. Tapi tetap saja tidak direspon. Kalau kegiatan ini tidak cepat dicegah, kami khawatir akan semakin banyak pohon sagu warga dibabat dan menimbulkan kerugian yang cukup besar,” ucap M Ali kepada mrnetwork.