PEKANBARU, Walikota Pekanbaru dalam melaksanakan program 100 hari pertama memimpin dinilai masih berbasa-basi dalam membangun wajah kota yang mulai sembrawut menurut pengamatan Ade Hartati anggota DPRD Pekanbaru dari Fraksi PAN.
“Dalam pengamatan saya, dimasa kepemimpinan Walikota Pekanbaru Firdaus MT, ada kesan lamban dan terlalu banyak basa-basi. Sementara, permasalahan ketertiban di Kota Pekanbaru, terkesan semakin semberaut. Wako terkesan tidak maksimal dalam melakukan penertiban,” kata Ade Hartati kepada SitusRiau.Com, Kamis (16/2) di Kantor sementara DPRD Pekanbaru, Jalan Arifin Ahmad.
Menurut Ade Bendahara Partai Amanat Nasional ini, yang harus menjadi perhatian Pemerintah Kota Pekanbaru saat ini adalah masalah maraknya panti pijat plus-plus, yang disinyalir juga dijadikan ajang mesum. Begitu juag dengan penertipan gepeng, pedagang kaki lima, dan terminal bayangan yang tak pernah terselesaikan.
“Saya melihat, seperti makin menjamurnya panti pijat, gepeng, salon yang disinyalir mengandung esek-esek yang makin marak di Kota Pekanbaru. Sehingga dari sini kita lihat Pekanbaru seolah tidak bertuan. Selain panti pijat, perkembangan gelandangan dan pengemis juga marak sehingga meresahkan masyarakat Kota Pekanbaru,” tegasnya.
“Saya dari Komisi III yang mengamati dampak sosialnya, dengan menjamurnya panti pijat dan gepeng di Kota Pekanbaru, menimbulkan dampak yang tidak baik bagi masyarakat, terutama kepribadian remaja sebagai generasi penerus bangsa,” katanya. Ditambahkan Ade, dalam melakukan penertiban, wako juga dituntut harus jeli dalam mengungkap oknum-oknum yang bermain dalam memberikan izin kepada panti pijat dan salon yang menyimpang. Karena walikota sudah perlu ada ketegasan dalam membuat kebijakan.
“Siapa saja yang bermain dalam perizinan, tolong tindak dengan tegas. Jangan pilah-pilih, karena dalam hal ini diperlukan ketegasan. Bukan hanya kata-kata kosong saja dan janji-janji yang tidak ada bukti kerjanya,” tuntasnya. (situsriau.com)